Wednesday 21 August 2013

MANFAAT JIHAD



Jihad Disyariatkan Untuk Menangkal Kerusakan di Muka Bumi

Oleh: Ust. Badru Tamam L.C

Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam teruntuk Rasulullah –Shallallahu 'Alaihi Wasallam-, keluarga dan para sahabatnya.

              Syariat jihad turun dari sisi Allah Subhanahu Wa Ta'ala, Rabb pencipta alam semesta, di antaranya manusia. Dia paling mengetahui hal-ikhwal makhluk-makhluk-Nya; baik sifat dan tabiatnya. Karenanya jika Allah perintahkan jihad (perang) terhadap orang kafir penentang Islam lagi zalim itu pastilah tepat. Karena keberadaan mereka hanya untuk membuat kerusakan di di muka bumi.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman setelah mengisahkan peperangan antara tentara Thalut dan Jalut sehingga terbunuhlah Jalut,

وَلَوْلَا دَفْعُ اللَّهِ النَّاسَ بَعْضَهُمْ بِبَعْضٍ لَفَسَدَتِ الْأَرْضُ وَلَكِنَّ اللَّهَ ذُو فَضْلٍ عَلَى الْعَالَمِينَ

“Seandainya Allah tidak menolak (keganasan) sebahagian manusia dengan sebahagian yang lain, pasti rusaklah bumi ini. Tetapi Allah mempunyai karunia (yang dicurahkan) atas semesta alam.” (QS. Al-Baqarah: 251)

                   Allah Tabaraka wa Ta’ala menjelaskan dalam ayat ini bahwa kerusakan pasti terjadi jika jihad ditinggalkan. Karenanya Allah adakan orang-orang beriman dan taat kepada-Nya untuk menolak kerusakan yang diadakan oleh ahli maksiat dan musyrik. Hal ini sebagaimana Allah munculkan Thalut dan bala tentaranya untuk menolak kerusakan yang diperbuat oleh Jalut. “pasti rusaklah bumi ini” maksudnya: binasalah penduduk bumi ini dengan hukuman Allah kepada mereka, lalu rusaklah bumi ini. Tetapi Allah memberikan karunianya kepada manusia dengan memunculkan orang-orang baik untuk melawan orang jahat, memilih orang-orang taat untuk melawan ahli maksiat, menolong orang beriman untuk mengalahkan orang kafir.

Dari sini nampak jelas karunia (anugerah) Allah untuk alam raya ini melalui kewajiban jihad terhadap orang-orang kafir dan melenyapkan tindakan perusakan mereka. Dan dengan izin-Nya melalui tingginya tauhid orang-orang beriman niscaya Allah akan memberikan kemenangan kepada mereka dan menjaga kemakmuran bumi ini.

                    Sebaliknya, ditinggalkannya jihad maka akan terjadi kerusakan di muka bumi dan terhinakan umat Islam di hadapan umat-umat lain. Allah tidak akan mengangkat kehinaan tersebut sehingga mereka kembali kepada ajaran agamanya dan kembali angkat senjata melawan musuh-musuh mereka.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda,

إِذَا تَبَايَعْتُمْ بِالْعِينَةِ وَ أَخَذْتُمْ أَذْنَابَ الْبَقَرِ وَرَضِيتُمْ بِاالزَّرْعِ وَتَرَكْتُمْ الْجِهَادَ سَلّطَ اللهُ عَلَيْكُمْ ذُلاَّ لاَ يَنْزَعُهُ عَنْكُمْ حَتَّى تَرْجِعُوا إِلَى دِينِكُمْ

“Jika kamu telah berjual beli dengan sistem “baiiul ‘innah” memegang ekor sapi dan ridha dengan pekerjaan bertani serta meninggalkan jihad (dijalan Allah), niscaya Allah akan menjadikan kehinaan menguasai kamu, Dia tidak akan mencabutnya dari kalian, hingga kalian kembali kepada agamamu.” (Dikeluarkan oleh Abu Dawud dan yang lainnya dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani, lihat Silsilah al-Ahadiits ash-Shahiihah, jilid I hal.42 No.11)

                      Hanya orang-orang jahil dan agen-agen perusak saja yang menolak syariat jihad. Karena sesungguhnya jihad itu untuk kebaikan manusia penghuni bumi itu sendiri. Wallahu Ta’ala a’lam. 

[PurWD/voa-silam.com]

Sunday 18 August 2013

DAI-DAI YANG MENYERU KE NERAKA JAHANNAM





AKAN MUNCUL DAI-DAI YANG MENYERU KE NERAKA JAHANNAM

Bismillaahirrahmaanirrahiim..........


Dari Hudzaifah bin Al-Yaman Radhiyalahu ‘anhu beliau berkata : “Dahulu manusia bertanya kepada Rasulullah tentang hal-hal yang baik tapi aku bertanya kepada beliau tentang hal-hal yang buruk agar jangan sampai menimpaku”

Aku bertanya : “Wahai Rasulullah, dahulu kami berada dalam keadaan jahiliyah dan kejelekan lalu Allah mendatangkan kebaikan (Islam,-pent) ini, apakah setelah kebaikan ini akan datang kejelekan ?”

Beliau berkata : “Ya”

Aku bertanya : “Dan apakah setelah kejelekan ini akan datang kebaikan?”
Beliau menjawab : “Ya, tetapi didalamnya ada asap”.

Aku bertanya : “Apa asapnya itu ?”

Beliau menjawab : “Suatu kaum yang membuat ajaran bukan dari ajaranku, dan menunjukkan (manusia) kepada selain petunjukku. Engkau akan mengenal mereka dan engkau akan memungkirinya”

Aku bertanya : “Apakah setelah kebaikan ini akan datang kejelekan lagi ?”
Beliau menjawab :”Ya, (akan muncul) para dai-dai yang menyeru ke neraka jahannam. Barangsiapa yang menerima seruan mereka, maka merekapun akan menjerumuskan ke dalam neraka”

Aku bertanya : “Ya Rasulullah, sebutkan cirri-ciri mereka kepada kami ?”

Beliau menjawab : “Mereka dari kulit-kulit/golongan kita, dan berbicara dengan bahasa kita”

Aku bertanya : “Apa yang anda perintahkan kepadaku jika aku temui keadaan seperti ini”

Beliau menjawab : “Pegang erat-erat jama’ah kaum muslimin dan imam mereka”
Aku bertanya : “Bagaimana jika tidak imam dan jama’ah kaum muslimin?”
Beliau menjawab :”Tinggalkan semua kelompok-kelompok sempalan itu, walaupun kau menggigit akar pohon hingga ajal mendatangimu”

TAKHRIJ HADITS

Hadits ini memiliki banyak jalan, diantaranya :

[1]. Dari jalan Walid bin Muslim (dia berkata) : Menceritakan kepada kami Ibnu Jabir (dia berkata) : Menceritakan kepada kami Bisr bin Ubeidillah Al-Hadromy hanya dia pernah mendengar Abu Idris Al-Khaoulani dari Hudzaifah bin Yaman Radhiyallahu ‘anhu …….[HR Bukhari 6/615-616 dan 13/35 beserta Fathul Baari. Muslim 12/235-236 beserta Syarh Nawawi. Baghowi dalam Syarhus Sunnah 14/14. Dan Ibnu Majah 2979]

[2]. Dari jalan Waki’ dari Sufyan dari ‘Atho’ bin Saib dari Abi Al-Bukhari dia berkata : Hudzaifah Radhiyallahu ‘anhu berkata ….. [HR Ahmad dalam musnad 5/399]

[3]. Dari jalan Abi Mughiroh (dia berkata) menceritakan kepada kami Assafar bin Nusair Al-Azdi dan selainnya dari Hudzaifah bin Al-Yaman, beliau berkata : “Wahai Rasulullah sesungguhnya kami dahulu dalam keburukan lalu Allah menghilangkannya dan mendatangkan kebaikan melalui anda. Apakah setelah kebaikan ini akan datang kejelekan?”. Beliau berkata : “Ya”. Hudzaifah bertanya lagi : “Apa kejelekan tersebut?” Beliau menjawab : “Akan muncul banyak fitnah seperti malam yang gelap gulita, sebagaimana mengikuti yang lainnya dan akan datang kepada kalian hal-hal yang samar-samar seperti wajah-wajah sapi yang kalian tak mengetahuinya” [HR Ahmad 5/391]

SYARH HADITS

[A]. Mengenal Jalan Orang-Orang Yang Tersesat Merupakan Kewajiban Dalam Syariat.
Ketahuilah -semoga Allah memberkahi anda- sesungguhnya metode Ar-Rabbani (Islam) yang tertuang dalam Al-Qur’an dan Sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika menampilkan generasi pertama yaitu shabat dan para tabi’in (sesungguhnya bertujuan) untuk mejelaskan jalan kebenaran dan agar diikuti.

Allah berfirman.

“Artinya : Barangsiapa yang menyelisihi Rasul setelah jelas baginya petunjuk dan dia mengikuti jalan selain orang-orang yang beriman maka kami palingkan dia kemana dia berpaling dan kami akan memasukkannya kedalam neraka jahannam. Dan itulah seburuk-buruk tempat kembali” [An-Nisa : 116]

Akan tetapi (metode Islam ini) tidak cukup hanya mejelaskan jalan kebenaran saja bahkan menyingkap kebatilan dan mengungkap kepalsuannya agar jelas dan terang jalan orang-orang yang tersesat (lalu dijauhi dan ditinggalkan,-pent).

Allah ta’ala berfirman.

“Artinya : Dan demikianlah kami terangkan ayat-ayat Al-Qur’an, supaya jelas jalan orang-orang yang benar dan supaya jelas (pula) jalan orang-orang yang tersesat” [Al-An’am : 55]

Seorang penyair berkata.

“Aku mengenal keburukan bukan untuk keburukan akan tetapi untuk menjauhinya”

“Dan barangsiapa yang tidak mengenal kebaikan dari keburukan dia akan terjerumus kedalam keburukan itu”.

[B]. Islam Terancam Dari Dalam

Sesungguhnya musuh-musuh Allah terus mengintai Islam hingga ketika mereka telah melihat penyakit whan (cinta dunia dan takut mati) telah menjalar dalam tubuh kaum muslimin dan penyakit-penyakit yang lain sudah menyebar mereka langsung menyerang dan menyumbat nafas kaum muslimin.

Sesungguhnya racun-racun berbisa yang membinasakan dan menghancurkan kekuatan kaum muslimin serta melemahkan gerak mereka bukanlah pedang-pedang orang-orang kafir yang berkumpul untuk membuat makar terhadap Islam. Akan tetapi kuman-kuman yang busuk yang menyelinap didalam tubuh kaum muslimin yang lambat tapi pasti (itulah yang menyebabkan kebinasaan). Itulah asap yang dikatakan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits Hudzaifah diatas : “suatu kaum yang membuat ajaran bukan dari ajaranku dan memberikan petunjuk bukan dari petunjukku …..” Didalam ucapan beliau ini ada hal-hal penting diantaranya.

[1]. Sesungguhnya asap itu merupakan penyimpangan yang selalu membuat kabur ajaran Islam (Sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam) yang terang benderang malamnya bagaikan siangnya.

[2]. Yang nampak pada saat terjadinya hal ini adalah kebaikan akan tetapi dalamnya terdapat hal-hal yang membinasakan. Bukanlah dalam riwayat Muslim Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Akan muncul manusia-manusia yang berhati setan”.

[3]. Asap ini terus tumbuh dan menguasai hingga kejelekan itu merajalela serta merupakan awal munculnya dai-dai penyesat dan kelompok-kelompok sempalan.

[4]. Sesungguhnya yang meniup asap tersebut adalah para dai-dai penyesat. Dan ini menunjukkan bahwa rencana busuk untuk menghancurkan Islam dan kaum muslimin telah mengakar kuat dalam sejarah Islam.

[5]. Sesungguhnya gembong-gembong kesesatan selain giat dalam menyesatkan. Akan tetapi (sebagian) pemegang kebenaran lalai dan tertidur hingga asap tersebut menguasai dan merajalela serta menutupi kebenaran. Dari sini kita ketahui bahwa asap yang menyelimuti kebenaran dan mengkotori kejernihannya adalah bid’ah-bid’ah yang ditebarkan oleh Mu’tazilah, Sufiyah, Jahmiyah, Khowarij, Asy’ariyah, Murji’ah dan Syi’ah Rofidhoh sejak berabad-abd lamanya.

Oleh karena inilah umat Islam mejadi terbelakang dan menjadi santapan bagi setiap musuh serta menyebarnya kebatilan. Dan dengan sebab inilah setiap munafik berbicara dengan mengatas namakan Islam. Dari sini kita mengetahui bahwa bahaya bid’ah lebih besar daripada musuh-musuh yang lainnya (orang-orang kafir), karena bid’ah merusak hati dan badan tapi musuh-musuh tersebut hanya merusak badan. Para salaf telah bersepakat akan kewajiban memerangi ahli bid’ah dan menghajr (memboikot) mereka. Imam Dzahabi mengatakan : “Para salaf sering mentahdzir ahli bid’ah, mereka mengatakan : Sesungguhnya hati-hati ini lemah sedangkan syubhat (dari ahli bid’ah itu) cepat mencengkram”.

[C]. Hati-Hati Antek-Antek Yahudi !!!
Sesungguhnya para gembong-gembong kekafiran telah memproduksi antek-anteknya dalam negeri kaum muslimin dua cara.

[1]. Pengiriman para pelajar ke negeri kafir (seperti di Cihicago Univerity,-pent) yang disanalah para pelajar kaum muslimin di cuci otak-otak mereka lalu jika mereka pulang mereka sebarkan racun-racun itu kepada kaum muslimin.

[2. Dengan menyelinapnya para orientalis dibawah simbol-simbol penelitian ilmiah. Sesunggunya para orientalis-orientalis itu merupakan antek-antek/tangan-tangan Yahudi dan Nashrani.

Di dalam hadits Hudzaifah ini Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan ciri mereka, beliau bersabda :

“Akan muncul dai-dai yang menyeru ke neraka jahannam, barangsiapa yang menerima seruan mereka maka mereka akan menjerumuskannya ke dalam jahannam”. Hudzaifah bertanya : “Wahai Rasululah sebutkan cirri mereka ?” Rasulullah menjawab : “Mereka dari golongan kita dan berbicara dengan lisan-lisan kita”.

[a]. Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah berkata dalam Fathul Baari 13/36 : “Yaitu dari kaum kita dan yang berbicara dengan bahasa kita serta dari agama kita. Didalamnya ada isyarat bahwa mereka itu dari Arab”.

[b]. Ad-Dawudi berkata : “Mereka itu dari keturunan Adam”.

[c]. Al-Qoobisy berkata : Maknanya, secara dhohir mereka itu dari agama kita tapi secara batin mereka menyelisihi (agama kita)”.

Mereka menampakkan kesungguhan dalam memberi solusi, dan maslahat bagi umat. Tapi mereka menipu umat dengan gaya bahasa mereka, dan hati-hati mereka menginginkan untuk menjalankan misi-misi tuan-tuan mereka dari kalangan Kristen dan Yahudi. Allah berfirman.

“Artinya : Tidak akan ridho orang-orang Yahudi dan Narani hingga kalian mengikuti agama mereka” [Al-Baqarah : 120]

Diantara mereka adalah Thoha Husein (dari Mesir, pent) yang dijuluki oleh tuan-tuannya sebagai pujangga Arab. Orang ini mengatakan bahwa syair orang-orang jahiliyah itu lebih baik kesasteraannya daripada Al-Qur’an. Inilah pemikiran Marjilius seorang orientalis Yahudi yang diadopsi oleh Thoha Husein dan dipropagandakannya. Contoh-contoh seperti ini banyak sekali, mereka turun temurun dari waktu ke waktu di setiap tempat.

[D]. Siapa Jama’ah Kaum Muslimin ?

Setelah melihat kenyataan yang pahit dan getir ini, mulailah sebagian kaum muslimin bangkit, setiap kelompok dari kaum muslimin melihat realita ini dari kaca mata tersendiri, kelompok yang lain juga demikian. Oleh karena itulah bisa dikatakan bahwa kelompok-kelompok yang ada sekarang ini yang katanya berjuang atau berdakwah, mereka itu saling berselisih dalam metode dan cara berdakwah. Dan perselisihan yang paling parah yang menghalangi persatuan mereka adalah dua hal :

[1]. Peselisihan mereka dalam pengambilan sumber ilmu dan pemahaman terhadap Al-Qur’an dan Sunnah.

[2]. Ketidakmengertian mereka tentang diri mereka sendiri, sehingga pada saat ini kita sering menyaksikan bahwa hizbiyyah dan fanatik golongan ini masih menyumbat akal pikiran para dai-dai yang turun di medan dakwah. Mereka membanggakan diri mereka sendiri dan meremehkan yang lainnya. Sebagiannya menganggap bahwa kelompoknya itulah yang dinamakan jama’ah kaum muslimin dan pendirinya adalah imam kaum muslimin yang wajib di bai’at atau disumpah setia. Dan sebagiannya lagi mengkafirkan kaum muslimin. Sebenarnya mereka hanya jama’ah atau kelompok-kleompok kaum muslimin, karena kaum muslimin sekarang tidak memiliki jama’ah ataupun imam/pemimpin.

Ketahuilah wahai saudaraku, bahwa jama’ah kaum muslimin adalah (Negara Islam) yang bersatu atau berkumpul didalamnya seluruh kaum muslimin. Mereka hanya punya satu imam/pemimpin yang menerapkan hukum-hukum Allah dan wajib untuk di taati serta diba’iat.

[E] Tinggalkan Kelompok-Kelompok Sempalan Itu

Hadits Hudzaifah diatas memerintahkan kepada kita untuk meninggalkan semua kelompok-kelompok sesat ketika terjadi fitnah dan kejelekan serta disaat tidak ada jama’ah kaum musilimin dan imam mereka.

Kelompok-kelompok sempalan ini yang menyeru manusia kepada kesesatan, bersatu diatas kemungkaran dan diatas hawa nafsu atau berkumpul diatas pemikiran-pemikiran kufur seperti sosialisme, komunisme, kapitalisme, demokrasi atau bersatu berdasarkan fanatik golongan dan lain sebagainya.

Inilah kelompok-kelompok sesat yang diperintahkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits Hudziafah untuk ditinggalkan dan dijauhi karena menjerumuskan manusia ke dalam neraka jahanam dengan sebab ajaran mereka yang bukan dari Islam.

Adapun kelompok yang menyeru kepada Islam (yang benar), memerintahkan kepada yang baik dan melarang dari yang mungkar maka inilah yang diperintahkan oleh Allah untuk diikuti dan ditolong. Allah ta’ala berfirman.

“Artinya : Hendaklah ada diantara kalian sekelompok orang yang menyeru kepada kebaikan dan menyeru kepada yang baik dan melarang dari yang mungkar. Dan merekalah orang-orang yang beruntung” [Ali-Imran : 104]

[E]. Jalan Keluar Dari Problematika Umat

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan Hudzaifah untuk meninggalkan semua kelompok sempalan yang menyeru ke neraka jahannam meskipun sampai menggigit akar pohon hingga ajal menjemput. Adapun penjelasannya, maka sebagai berikut :

[1]. Ini adalah perintah untuk berpegang teguh pada Al-Qur’an dan Sunnah serta pemahaman salafush shalih. Sebagaimana hal ini dijelaskan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits Al-Irbadh bin Sariyah Radhiyallahu ‘anhu.

“Artinya : Dan barangsiapa yang hidup diantara kalian maka dia akan melihat perselisihan yang banyak sekali, maka berhati-hatilah kalian dari perkara-perkara yang baru dalam agama karena itu kesesatan. Dan barangsiapa diantara kalian yang mendapatkan hal ini maka wajib bagi kalian berpegang teguh dengan sunnahku dan sunnah para khulafa ‘ar-rasyidin, gigitlah erat-erat dengan gigi geraham kalian”. [HR Abu Dawud (4607). Tirmidzi (2676) dan Ibnu Majah (440) dan selain mereka]

Didalam hadits Hudzaifah, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan untuk menggigit akar pohon ketika terjadi perpecahan sambil menjauhi semua kelompok sesat. Dan didalam hadits Al-Irbadh beliau memerintahkan untuk berpegang teguh dengan Sunnah sesuai dengan pemahaman salafus shalih radhiyallahu anhum, ketika munculnya kelompok-kelomok sesat dan ketika tidak adanya jama’ah kaum muslimin serta imam mereka.

[2]. Sesungguhnya perintah untuk menggigit akar pohon dalam hadits Hudzaifah maknanya adalah istiqomah atau tetap dalam sabar dalam memegang kebenaran dan dalam meninggalkan semua kelompok sesat yang menyelisihi kebenaran. Atau maknanya bahwa pohon Islam akan diguncang dengan angin kencang hingga merontokkan semua ranting dan cabangnya, tidak ada yang tersisa melainkan akarnya yang masih tegar. Karena itulah wajib bagi setiap muslim untuk memegang erat akar tersebut dan mengorbankan semua yang berharga dalam dirinya karena akar tersebut akan tumbuh dan tegar kembali.

[3]. Ketika itu juga wajib bagi setiap muslim untuk menolong dan membantu kelompok (yang berpegang teguh dengan sunnah tersebut, -pent) dari setiap fitnah yang mengancam. Karena kelompok ini yang selalu tampak diatas kebenaran hingga akhirnya mereka membunuh Dajjal.

________

Penulis : Syaikh Salim bin Ied Al-Hilali
Dipublikasikan Oleh : Abu Hasan

[Ringkasan darp kitab Al-Qaulul Mubin Fii Jama’atil Muslimin]

[Disalin dari majalah Adz-Dzkhiirah Al-Islamiyah Edisi 13 Th. III Shafar 1426H/ April 2005M, hal. 22-26. Penerbit Ma’had Ali Al-Irsyad. Jl. Sultan Iskandar Muda No. 45 Surabaya]

SADARILAH REALITA KEMATIAN KAWAN !...



KALAU BESOK MATI ANDA BAWA APA ???

Bismillah... 
Pernahkah kita berpikir, berapa banyak orang yang telah meninggal dalam sebulan ini? Atau selama satu tahun? Atau bahkan tiap harinya di seluruh penjuru bumi? Sungguh ketetapan Allah ‘Azza wa Jalla senantiasa berjalan. Ada yang lahir ke dunia dan ada pula yang meninggalkannya. Setiap diri menanti gilir. Mungkin suatu waktu kita mendengar berita tentang kematian, di waktu yang lain kita sendiri yang akan menjadi berita tersebut. Inilah realita kehidupan yang tak bisa dipungkiri. Namun amat disayangkan, begitu banyak orang yang lupa atau melupakan kematian.

Di dalam sebuah hadits, Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wasallam telah menasehati ummatnya dengan nasehat yang sangat menyentuh. Beliau bersabda :
Perbanyaklah mengingat pemutus kenikmatan, yaitu kematian. Karena kematian itu, jika diingat oleh orang yang sedang dalam kesusahan hidup, maka akan bisa meringankan kesusahannya. Dan jika diingat oleh orang yang senang, maka akan bisa membatasi kebahagiaannya tersebut. (HR. ath-Thabrani dan al-Hakim)
Nabi Shallallahu ‘Alayhi wasallam telah banyak membicarakan tentang kematian kepada para sahabat, dimana kondisi hati mereka saat itu hidup, ibadah yang sempurna, jauh dari kelalaian. Berbeda halnya kita di zaman ini. Betapa banyak acara-acara dibuat dan dirancang agar mengalihkan kita dari mengingat kematian. Padahal jiwa kita membutuhkannya untuk menyadarkan dan menjauhkan kita dari kelengahan, agar melunakkan hati yang mengeras. Jiwa yang lalai dan diri yang dikuasai hawa nafsu. Bukankah kita lebih membutuhkan nasehat ini bila mau jujur pada diri kita?!
Mengingat kematian itu dapat menghidupkan hati, Membersihkan hati yang kusut, tumbuhnya kesadaraan untuk kembali ke akhirat, menghidupkan rohani yang berkarat, menggugah ibadah yang melemah, menumbuhkan kaimanan dan ketaatan yang mengendur, menguatkan langkah untuk bertaubat dan membentuk pribadi yang tangguh dan qona’ah untuk menyongsong kematian.

Abu Ali Ad-Daqqaq berkata, “siapa memperbanyak mengingat kematian maka akan mendapatkan tiga kemuliaan: segera dalam bertaubat, hati yang qona’ah dan semangat dalam ibadah.”
Sesungguhnya setiap manusia akan binasa, tidak bisa mengelak, dan tidak bisa selamat dari kematian, baik yang berusaha atau tidak berusaha untuk menghindar darinya. Dia pasti punya batas waktu hidup dan jatah umur yang terbagi dengan jelas. Sehingga Allah ‘Azza wajalla tegaskan dalam al-Qur’an. “Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu. Maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya sekejap pun dan tidak pula dapat memajukannya,” (QS Al-‘Araaf : 34)

Kematian adalah realita yang selalu terdengar sepanjang zaman di setiap tempat. Terdengar melalui telinga, masuk ke pemikiran semua orang yang berakal dan mengetuk hati semua orang yang hidup. Lalu berbisik bahwa semua orang akan mengalaminya, kecuali Dzat yang memiliki kemuliaan dan keperkasaan.
“Tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali Allah.” (QS Al-Qashash:88)
Sungguh, ziarah kubur, menyaksikan jenazah, melihat orang ketika sekarat, merenungkan sakaratul maut, merenungkan wajah si mayit setelah matinya, semua itu akan mengekang jiwa dari berbagai kesenangannya serta akan mengusir kegembiraan hati.
Saudaraku. Kematian telah mebuat mata berair karena ditinggal orang yang dicintai, dan kita juga akan ditangisi ketika jasad telah terbujur kaku. Harta yang dikejar akan binasa, semua yang diangankan segera lenyap, lalu yang senantiasa disebut-sebut akan dilupakan. Tak ada yang kekal kecuali Sang Khaliq.
Seharusnya kematian menjadi nasehat untuk membangunkan hati dari tidurnya, menghentikan jiwa dari bergelimang dalam kelalaian dan syahwatnya. Menjadikan orang yang shalih bertambah keshalihannya dan kita yang lalai segera tersentak bangun sebelum menyesal atau sebelum kematian menjemput.
Sudah kita saksikan betapa kehidupan berjalan dengan cepat, namun kurang menyadarinya. Ada yang lahir ada yang meninggal. Rahim mengeluarkan bayinya, sementara bumi menelan mayit. Lalu apa yang telah kita persiapkan?!
  • Saudaraku, semoga Allah menjaga kita, setiap yang hidup pasti binasa, yang mati akan hilang dari kehidupan, sedangkan semua yang datang pasti akan tiba waktunya. Allah ‘Azza wajalla berfirman. “Barang siapa yang mengharap pertemuan dengan Allah, maka sesungguhnya waktu yang dijanjikan Allah itu pasti datang.” (QS Al-Ankabut : 5)
Hakikat kehidupan akan dimulai setelah kematian, maka persiapkanlah bekal untuk menjalani kehidupan kita yang sebenarnya dengan sebaik-baiknya. Amal kebaikan, itulah bekal untuk menghadap Rabbul ‘Izzati waljalalah. Wallahul Musta’an.


Referensi:

Rintangan Setelah Kematian, Ustadz Zainal Abidin Hafidzahullah
Ablaaghul ‘Izhaat, Syaikh Khalid ar-Rasyid

Saturday 17 August 2013

Kisah Sang Penakhluk Eropa, Sultan Muhammad al-Fateh




Sultan Muhammad al-Fateh | Kisah Ahli Tahajjud Menaklukkan EROPA


Terlalu Banyak kita menonton Film Holywood yg secara fakta hanyalah BUALAN dari Kaum BARAT.. Kisah ini bukti sejarah bagaimana seorang Ahli Tahajjud di umur 21 Tahun Mampu memimpin Pasukan & Menaklukkan Eropa (Konstatinopel)

Dalam sejarah, Islam pernah menaklukkan benua Eropa. Siapa sangka salah satu dari Panglima Perang saat itu adalah seorang pemuda yang sangat saleh, berusia 21 tahun, yang bernama Sultan Muhammad Al Fatih (30 Maret 1432 – 3 Mei 1481) . Ia merupakan seorang sultan Turki Utsmani yang menaklukkan Kekaisaran Romawi Timur. Mempunyai kepakaran dalam bidang ketentaraan, sains, matematika & menguasai 6 bahasa saat berumur 21 tahun.

Seorang pemimpin yang hebat, pilih tanding, dan tawadhu' setelah Sultan Salahuddin Al-Ayyubi (pahlawan Islam dalam perang Salib) dan Sultan Saifuddin Mahmud Al-Qutuz (pahlawan Islam dalam peperangan di 'Ain Al-Jalut melawan tentara Mongol).

Kejayaannya dalam menaklukkan Konstantinopel menyebabkan banyak kawan dan lawan kagum dengan kepimpinannya serta taktik & strategi peperangannya yang dikatakan mendahului pada zamannya dan juga kaedah pemilihan tenteranya. Ia jugalah yang mengganti nama Konstantinopel menjadi Islambul (Islam keseluruhannya) . Kini nama tersebut telah diganti oleh Mustafa Kemal Ataturk menjadi Istanbul. Untuk memperingati jasanya, Masjid Al Fatih telah dibangun di sebelah makamnya.

Diceritakan bahwa tentara Sultan Muhammad Al Fatih tidak pernah meninggalkan solat wajib sejak baligh & separuh dari mereka tidak pernah meninggalkan solat tahajjud sejak baligh. Hanya Sulthan Muhammad Al Fatih saja yang tidak pernah meninggalkan solat wajib, tahajud & rawatib sejak baligh hingga saat kematiannya.

Kejayaan dan kesuksesan hidup ia telah raih di usia yang begitu muda. Ia-pun dikenang jutaan manusia sepanjang abad. Harum nama Sultan Al Fatih diperoleh berkat keshalehan, keberanian dan kemuliaan akhlaknya. Sebagai jenderal beliau memimpin laskar islam menaklukkan benteng terkuat imperium Byzantium , Konstantinopel. Kota ini diubahnya menjadi kota Istambul. Dari sini beliau menebarkan kasih sayang islam di bumi eropa.

Apa rahasia dibalik semua kesuksesan beliau? Ternyata rahasianya beliau sangat kuat shalat malamnya yaitu tahajud. Bukankah Rasulullah saw SAW menegakkan shalat tahajud sepanjang malam dan setiap hari? Bukankah beliau Rasulullah saw SAW shalat tahajud merupakan kewajiban yang tak bisa beliau tinggalkan dalam setiap perjuanganya.

Jika anda bertanya, apakah benar Muhammad Al Fatih sudah melakukan tindakan besar yang megubah sejarah peradaban dunia? Ya, dalam sejarah, hal ini tidak aneh. Bukankah sahabat Rasulullah saw SAW bernama Usamah juga menjadi panglima perang dalam usia 18 tahun. Sementara yang menjadi prajuritnya adalah Umar bin Khatab sahabat Rasulullah saw SAW yang waktu itu sudah tua. Ini menunjukkan betapa kualitas keimanan dan kekuatan ruhani Usamah menjadi salah satu ukuran yang dipertimbangkan Rasulullah saw SAW ketika menetapkan Usamah memimpin ekspedisi militer menghadapi kekuatan super power Romawi?

Namun Sang Pedang Malam, orang asia bernama Muhammad Al Fatih merontokkan super power Romawi pada 1453, agak unik. Beliau ahli shalat malam (tahajud), ahli qiyamul lail. Beliau selau kontak dengan energi terbesar di alam semesta ini, Allah SWT. Beliau selalu taqarrub, mendekatkan diri 

kepada Allah SWT, Pemilik dan Penguasa Tunggal Alam semesta.

Sejak kecil Sultan Muhammad Al Fatih dididik oleh seorang wali. Beliau tumbuh menjadi remaja yang memiliki kepribadian unggul. Beliau jadi Sultan, dalam usia 19 tahun menggantikan sang ayah.

Bagaimana sifat Sultan Muhammad Al Fatih sehingga beliau mampu memetik keberhasilan dalam hidupnya dengan sangat efektif, merebut benteng Konstantinopel yang kokoh itu. “sifatnya tenang, berani, sabar menanggung penderitaan, tegas dalam membuat keputusan dan mempunyai kemampuan mengawasi diri (self control) yang luar biasa. Kemampuanya dalam memimpin dan mengatur pemerintahan sangat menonjol.”

Sultan Muhammad Al Fatih sangat tegas terhadap musuh. Namun, lembut qolbunya bagai selembar sutra dalam menghadapi rakyat yang dipimpinnya. Kebiasaan Sultan Muhammad Al Fatih, unik. Beliau selalu berkeliling di malam hari, memeriksa kondisi teman dan rakyatnya. Sengaja beliau berkeliling untuk memastikan agar rakyat dan kawan-kawanya menegakkan shalat malam dan qiyamullail.

Qiyamul lail, shalat tahajud, inilah senjata utama Muhammad Al Fatih dalam mengarungi kehidupan di dunia yang fana ini. Inilah Pedang Malam, yang selalu diasahnya dengan tulus ikhlas dan khusuk, ditegakkan setiap malam. Dengan pedang malam ini timbul energi yang luar biasa dari pasukan Muhammad Al Fatih. Sjarah mencatat Muhammad Al Fatih yang baru berusia 21 tahun berhasil menggapai sukses besar, menerobos benteng Konstantinopel, setelah dikepung beberapa bulan maka takluklah Konstantinopel.

Suatu hari timbul soal ketika pasukan islam hendak melaksanakan shalat jum’at yang pertama kali di kota itu.

“Siapakah yang layak menjadi imam shalat jum’at?” tak ada jawaban. Tak ada yang berani yang menawarkan diri ! lalu Muhammad Al Fatih tegak berdiri. Beliau meminta kepada seluruh rakyatnya untuk bangun berdiri.

Kemudian beliau bertanya. “ Siapakah diantara kalian yang sejak remaja, sejak akhil baligh hingga hari ini pernah meninggalkan meninggalkan shalat wajin lima waktu, silakan duduk!!” Subhanalloh……!!! Maha suci Allah ! tak seorangpun pasukan islam yang duduk. Semua tegak berdiri. Apa artinya? Itu berarti, tentara islam pimpinan Muhammad Al Fatih sejak masa remaja mereka hingga hari ini, tak seorangpun yang meninggalkan shalat fardhu. Tak sekalipun mereka melalaikan shalat fardhu. Luar biasa…..!!!!! !

Lalu Muhammad Al Fatih kembali bertanya: “ Siapa diantara kalian yang sejak baligh dahulu hingga hari ini pernah meninggalkan shalat sunah rawatib? Kalau ada yang pernah meninggalkan shalat sunah sekali saja silakan duduk!!!”. Sebagian lainya segera duduk. Artinya, pasuka islam sejak remaja mereka ada yang teguh hati, tidak pernah meninggalkan shalat sunah setelah maghrib, dua roka’at sebelu shubuh dan shalat rowatib lainaya. Namun ada yang pernah meninggalkanya. Betapa kualitas karakter dan keimanan mereka sebagai muslim sungguh bernilai tinggi, sungguh jujur, pasukan islam Al Fatih.

Dengan mengedarkan matanya ke seluruh rakyat dan pasukanya Muammad Al Fatih kembali berseru lalu bertanya: “ Siapa diantara kalian yang sejak masa akhil baligh sampai hari ini pernah meninggalkan shalat tahajud di kesunyian malam? Yang pernah meninggalkan atau kosong satu malam saja, silakan duduk!!”

Apa yang terjadi…???? Terlukislah pemandangan yang menakjubkan sejarawan barat dan timur. Semua yang hadir dengan cepat duduk!!” Hanya ada seorang saja yang tetap tegak berdiri. Siapakah dia??? dialah, Sultan Muhammad Al Fatih, sang penakluk benteng super power Byzantium Konstantinopel. Beliaulah yang pantas menjadi imam shalat jumat hari itu. Karena hanya Al Fatih seorang yang sejak remaja selalu mengisi butir-butir malam sunyinya dengan bersujud kepada Allah SWT, tidak pernah kosong/absen semalampun.

Dalam sejarah ditulis, bahwa pasukan Sultan Muhammad Al-Fatih tiba di kota Konstantinopel pada hari Kamis 26 Rabiul Awal 857 H atau 6 April 1453 M. Di hadapan tentaranya, Sulthan Al-Fatih lebih dahulu berkhutbah mengingatkan tentang kelebihan jihad, kepentingan memuliakan niat dan harapan kemenangan di hadapan Allah Subhana Wa Ta'ala. Dia juga membacakan ayat-ayat Al-Qur'an mengenainya serta hadis Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam tentang pembukaan kota Konstantinopel. Ini semua memberikan semangat yang tinggi pada bala tentera dan lantas mereka menyambutnya dengan zikir, pujian dan doa kepada Allah Subhana Wa Ta'ala.

Sultan Muhammad Al-Fatih pun melancarkan serangan besar-besaran ke benteng Bizantium di sana. Takbir "Allahu Akbar, Allahu Akbar!" terus membahana di angkasa Konstantinopel seakan-akan meruntuhkan langit kota itu. Pada 27 Mei 1453, Sultan Muhammad Al-Fatih bersama tentaranya berusaha keras membersihkan diri di hadapan Allah Subhana Wa Ta'ala. Mereka memperbanyak shalat, doa, dan dzikir. Hingga tepat jam 1 pagi hari Selasa 20 Jumadil Awal 857 H atau bertepatan dengan tanggal 29 Mei 1453 M, serangan utama dilancarkan. Para mujahidin diperintahkan supaya meninggikan suara takbir kalimah tauhid sambil menyerang kota. Tentara Utsmaniyyah akhirnya berhasil menembus kota Konstantinopel melalui Pintu Edirne dan mereka mengibarkan bendera Daulah Utsmaniyyah di puncak kota. Kesungguhan dan semangat juang yang tinggi di kalangan tentara Al-Fatih, akhirnya berjaya mengantarkan cita-cita mereka.

Sejak abad kedelapan sahabat Rasulullah saw berusaha merebut benteng ini. Salah satunya Abu Ayyub Al Anshari namun gagal. Baru setelah enam abad kemudian benteng itu berhasil direbut dibawah pimpinan Muhammad Al Fatih.Karena jasanya inilah beliau diberi gelar Al Fatih (sang pembuka) yaitu membuka kota Byzantium yang dulunya adalah Konstantinopel. Beliau adalah seorang pemberani, ahli strategi militer, juga istiqomah dalam shalat tahajudnya.

Itulah sebuah kisah sejarah yang sungguh indah dalam bungkai ketakwaan kepada Allah SWT. Kisah Pedang Malam yang merupakan rahasia sukses dari seorang pribadi penggubah sejarah, bernama Muhammad Al Fatih, orang asia asal Turki, yang baru berusia 21 tahun. Shalat Tahajud merupakan modal yang sangat penting untuk membangun kekuatan ruhiyah dalam kesuksesan Al Fatih dikemudian hari. Sehingga islam jaya, berpendar-pendar cahayanya selama 500 tahun di bumi eropa sejak abad ke-15. Semuanya berasal dari Pedang Malam Al Fatih yang amat begitu luar biasa.

Keberadaan Muhammad Al-Fatih telah diprediksi oleh Rasulullah SAW dalam sabdanya: “Kota Konstantinopel akan jatuh ke tangan Islam. Pemimpin yang menaklukkannya adalah sebaik-baik pemimpin dan pasukan yang berada di bawah komandonya adalah sebaik-baik pasukan.” [H.R. Ahmad bin Hanbal Al-Musnad 4/335].

Dalam hadist lain diriwayatkan, :”Aku mendengar baginda Rasulullah S.A.W mengatakan seorang lelaki soleh akan dikuburkan di bawah tembok tersebut & aku juga ingin mendengar derapan tapak kaki kuda yang membawa sebaik-baik raja yang mana dia akan memimpin sebaik-baik tentara seperti yang telah diisyaratkan oleh baginda" (Abu Ayyub al-Anshari)

Maasyaa Allah, Luar biasa……Sultan Muhammad Al Fatih (Sang Pembuka)……!!!!

Ya Allah, aku bermohon pada-Mu agar Engkau jadikan kami dan sahabat kami semua yang membaca artikel ini semua, menjadi ahli Tahajjud, ahli Qiyamul lail, seperti halnya Rasulullah dan Keluarganya, sahabatnya dan seperti Si Pedang Malam, Sultan Muhammad Al Fatih. Amiin

Wallahu A'lam Bisshawab

Sumber : daarulmuwahhid.org

Wassalam

Friday 16 August 2013

KEUTAMAAN MENGHAFAL DAN BERINTERAKSI DENGAN AL QUR'AN


KEUTAMAAN MENGHAFAL DAN BERINTERAKSI DENGAN AL QUR'AN

Oleh: KH. Ahmad Thoha Husain Al-Hafizh
Mudir Ma'had 'Aly Tahfizhul Qur'an El-Suchary 

Ada sekian banyak hadits Rasulullah SAW yang menjelaskan kepada kita akan keutamaan dan kemuliaan menghafal & berinteraksi dengan Al Qur’an, diantaranya:

1. Mendapatkan derajat yang tinggi di sisi Allah SWT
Dari Umar bin Khattab r.a. bahwa Rasulullah SAW bersabda,
إِنَّ اللهَ يَرْفَعُ بِهَذَا الْكَلاَمِ أَقْوَامًا وَيَضَعُ بِهِ آخَرِيْنَ (رواه مسلم)
“Sesungguhnya Allah akan meninggikan (kedudukan) beberapa kaum dengan Al Qur’an dan akan merendahkan (kedudukan) kaum yang lain dengan Al Qur’an.” (H.R. Muslim)

2. Dikategorikan sebagai orang yang baik secara lahir dan batin.
Dari Abi Musa Al Asy’ariy bahwa Rasulullah SAW bersabda,

مَثَلُ الْمُؤْمِنِ الَّذِيْ يَقْرَأُ االْقُرْءَانَ مَثَلُ اْلأُتْرُجَّةِ رِيْحُهَا طَيِّبٌ وَطَعْمُهَا طَيِّبٌ. وَمَثَلُ الْمُؤْمِنِ الَّذِيْ لاَ يَقْرَأُ الْقُرْءَانَ كَمَثَلِ التَّمْرَةِ لاَرِيْحَ لَهَا وَطَعْمُهَا حُلْوٌ. وَمَثَلُ الْمُنَافِقِ الَّذِيْ يَقْرَأُ الْقُرْءَانَ مَثَلُُ الرَيْحَانَةِ رِيْحُهَا طَيِّبٌ وَطَعْمُهَا مُرٌّ. وَمَثَلُ الْمُنَافِقِ الَّذِيْ لاَيَقْرَأُ الْقُرْءَانَ كَمَثَل الْحَنْظَلَةِ لاَ رِيْحَ لَهَا وَطَعْمُهَا مُرٌّ (رواه البخاري ومسلم)
“Perumpamaan orang mukmin yang membaca Al Qur’an sebagaimana buah sitrun (Citrus medica)baunya harum, rasanya sedap. Perumpamaan orang mukmin yang tidak membaca Al Qur’an sebagaimana buah kurma, tidak berbau dan rasanya manis. Perumpamaan orang munafik yang membaca Al Qur’an sebagaimana sekuntum bunga, baunya harum rasanya pahit. Perumpamaan orang munafik yang tidak membaca Al Qur’an sebagaimana buah handolah (Colocynth) tidak berbau dan rasanya pahit.” (H.R. Bukhari dan Muslim)

3. Termasuk dalam golongan yang terbaik
Rasulullah bersabda,
خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْءَانَ وَعَلَّمَهُ (رواه البخاري ومسلم)
“Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Al Qur’an dan mengajarkannya.” (H.R. Bukhari dan Muslim)

4. Mendapatkan kelas yang sangat tinggi di Surga
Dari Abdullah bin ‘Amr bin Al ‘Ash bahwa Rasulullah SAW bersabda,
يُقَالُ لِصَاحِبِ الْقُرْءَان ِ اِقْرَأْ وَارْتَقِ وَرَتِّلْ كَمَا كُنْتَ تُرَتِّلُ فِي الدُّنْيَا، فَإِنَّ مَنْزِلَتَكَ عِنْدَ آخِرِ آيَةٍ تَقْرَأُهَا (رواه أبو داود والترمذي)
“(Pada hari Kiamat), dikatakan kepada shahib Al Qur’an, ‘Bacalah dan naiklah serta tartîlkan sebagaimana engkau dulu menartilkan Al Qur’an di dunia, sesungguhnya kedudukanmu (di surga) di akhir ayat yang kau baca.’” (H.R. Abu Dawud dan Attirmidziy)
Dalam hadits lain Rasulullah SAW bersabda, ”Jumlah tingkatan surga itu sama dengan jumlah ayat-ayat Al Qur’an. Maka tingkatan surga yang dimasuki oleh para hafidz Al Qur’an adalah tingkatan paling atas,dimana tidak ada lagi tingkatan sesudahnya.” (H.R. Al Baihaqi)

5. Menghormati seorang Hafidz Al Qur’an berarti mengagungkan Allah
Dari Abi Musa Al ‘Asy’ari ra bahwa Rasulullah SAW bersabda,
إِنَّ مِنْ إِجْلاَلِ اللهِ تَعَالَى إِكْرَامَ ذِي الشَّيْبَةِ الْمُسْلِمِ، وَحَامِلِ الْقُرْءَانِ غَيْرِ الْغَالِيْ فِيْهِ، وَالْجَافِي عَنْهُ، وَإِكْرَامَ ذِي السُّلْطَانِ الْمُقْسِطِ (رواه أبو داود)
“Sesungguhnya termasuk mengagungkan Allah SWT, menghormati orang tua yang muslim dan penghafal Al Qur’an yang tidak melampaui batas (dalam mengamalkan dan memahaminya) serta tidak menjauhinya (tidak enggan membacanya dan tidak enggan mengamalkannya), dan penguasa yang adil.”(H.R. Abu Dawud)

6. Mendapat pemberian Allah yang paling afdal
Dari Abi Sa’id Al Khudhriyyi r.a. dari Rasulullah SAW bahwa Allah SWT berfirman dalam hadits Qudsi,
مَنْ شَغَلَهُ الْقُرْءَانُ وَذِكْرِيْ عَنْ مَسْأَلَتِهِ أَعْطَيْتُهُ أَفْضَلَ مَا أُعْطِيْ السَّائِلِيْنَ (الحديث رواه الترمذيّ)
“Barangsiapa tersibukkan oleh Al Qur’an dan dzikir kepada-Ku dari meminta-Ku maka Aku akan berikan padanya pemberian paling afdal yang Aku berikan kepada orang-orang yang meminta (kepada-Ku).” (H.R. Tirmidzi)

7. Orang tuanya mendapat mahkota kemuliaan di akhirat
Dari Mu’ad bin Anas r.a. bahwa Rasulullah SAW bersabda,
مَنْ قَرَأَ الْقُرْءَانَ وَعَمِلَهُ بِمَا فِيْهِ أَلْبَسَ اللهُ وَالِدَيْهِ تَاجًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ ضَوْءُهُ أَحْسَنُ مِنْ ضَوْءِ الشَّمْسِ فِيْ بُيُوْتِ الدُّنْيَا، فَمَا ظَنُّكُمْ بِالَّذِيْ عَمِلَ بِهٰذَا ؟ (رواه ابو داود)
“Barang siapa membaca Al Qur’an dan mengamalkan dengan apa yang ada didalamnya maka pada hari kiamat Allah akan mengenakan kepada kedua orang tuanya mahkota (kemuliaan) yang cahayanya lebih bagus daripada cahaya matahari dalam rumah-rumah di dunia ini. Lalu apa dugaan kalian pada orang yang melakukan hal ini (membaca dan mengamalkan Al Qur’an)?” (H.R. Abu Daud)

8. Menjadi keluarga Allah yang berada di atas bumi.
Dari Anas r.a. bahwa Rasulullah SAW bersabda,
إِنَّ لِلَّهِ أَهْلِيْنَ مِنَ النَّاسِ. قِيْلَ مَنْ هُمْ يَا رَسُوْلَ اللهِ ؟ قَالَ أَهْلُ الْقُرْءَان ِ هُوَ أَهْلُ اللهِ وَخَاصَّتُهُ (رواه أحمدو النسائي والدارمي و ابن ماجة والحاكم)
”Sesungguhnya Allah SWT itu mempunyai keluarga yang terdiri dari manusia,”lalu sahabat bertanya: “Siapakah mereka itu ya Rasulullah?”.Beliau menjawab: “yaitu Ahlu Al Qur’an. Mereka adalah keluarga Allah dan orang-orang istimewa bagi Allah.” (H.R. Ahmad, An Nasai, Ibnu Majah, Ad Darimi, dan Al Hakim dari Anas r.a.)

9. Mendapat syafa’at/pertolongan dari Al Qur’an.
Dari Abu Umamah Al Bahili bahwa Rasulullah SAW bersabda:
اِقْرَءُوْا الْقُرْءَانَ فَإِنَّهُ يَأْتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيْعًا ِلأَصْحَابِهِ (رواه مسلم)
”Bacalah Al Qur’an,karena sesungguhnya pada hari kiamat ia akan menjadi pemberi syafa’at bagi para pembacanya (penghafalnya)”.(H.R. Muslim)

10. Mendapatkan nikmat kenabian, hanya ia tidak mendapatkan wahyu . Rasulullah SAW bersabda:
مَنْ قَرَأَ الْقُرْءَانَ فَقَدِ اسْتَدْرَجَ النُّبُوَّةَ بَيْنَ جَنْبَيْهِ غَيْرَ أَنَّهُ لاَ يُوْحٰى إِلَيْهِ (رواه الحاكم والبيهقي)
”Barang siapa yang membaca (hafal) Al Qur’an ,maka sungguh dirinya telah menaiki derajat kenabian, hanya saja tidak diwahyukan kepadanya”. (H.R. Al Hakim dan Al Baihaqiy)

11. Diampuni dosanya dan tidak disiksa oleh Allah
Dari Abdullah bin Mas’ud r.a. bahwa Rasulullah SAW bersabda,
اِقْرَأُوْا الْقُرْءَانَ فَإِنَّ اللهَ تَعَالَى لاَ يُعَذِّبُ قَلْبًا وَعٰى الْقُرْءَانَ، وَإِنَّ هٰذَا الْقُرْءَانَ مَأْدُبَةُ اللهِ فَمَنْ دَخَلَ فِيْهِ فَهُوَ آمِنٌ وَمَنْ أَحَبَّ الْقُرْءَانَ فَلْيَبْشِرْ (رواه الدارمي)
“Bacalah Al Qur’an karena Allah SWT tidak akan menyiksa hati yang berisi (hafal) Al Qur’an dan sesungguhnya Al Qur’an itu adalah hidangan dari Allah, barangsiapa masuk maka ia akan aman dan barangsiapa mencintai Al Qur’an, maka bergembiralah.” (H.R. Ad Daarimiy)

12. Mendapatkan ketentraman dan rahmat
مَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِيْ بَيْتٍ مِنْ بُيُوْتِ اللهِ يَتْلُوْنَ كِتَابَ اللهِ وَيَتَدَارَسُوْنَهُ بَيْنَهُمْ إِلاَّ نَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِيْنَةُ وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ، وَحَفَّتْهُمُ الْمَلاَئِكَةُ، وَذَكَرَهُمُ اللهُ فِيْمَنْ عِنْدَهُ (رواه مسلم)
“Tidaklah suatu kaum berkumpul dalam sebuah rumah dari rumah-rumah Allah, sedangkan mereka membaca kitab Allah dan mempelajarinya kecuali ketenangan turun datang kepada mereka, rahmat menyelimuti mereka, para Malaikat mengelilingi mereka dan Allah menyebut-nyebut mereka pada orang-orang (penduduk langit) yang ada di sisi-Nya.” (H.R. Muslim)




Thursday 15 August 2013

KEINDAHAN BIDADARI SURGA


BIDADARI SURGA

A.   Muqoddimah

Kenikmatan surga adalah kenikmatan abadi yang diberikan Allah swt kepada hamba-Nya yang beriman dan bertaqwa kepadaNya. Kenikmatan surga belum pernah terlihat oleh mata, terdengar oleh telinga dan terdetik dalam hati, sebagaimana sabda Rasulullah n dalam hadits qudsi :
عن أبي هريرة قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : يقول الله عزوجل : « أعددتُ لعباديَ الصالحين مالا عين رأت ولا أذن سمعت ، ولا خطر على قلب بشر »
Rasulullah n bersabda, Allah swt berfirman, "Telah Aku sediakan buat hamba-hamba-Ku yang sholih, sesuatu yang belum pernah dilihat oleh mata, belum pernah terdengar oleh telinga dan tidak terdetik dalam hati manusia"[1]
            Salah satu nikmat yang diberikan Allah kepada hambaNya yang sholih adalah berupa istri-istri yang cantik jelita atau bidadari (hurun 'in), yang kecantikannya tidak dapat dikalahkan oleh wanita tercantik di dunia ini. Seandainya satu saja bidadari itu turun ke dunia ini, maka semua orang pasti berlomba lomba untuk mendapatkannya.  Tapi ingat, itu hanyalah akan didapatkan oleh orang-orang yang senantiasa taat, patuh dan tunduk terhadap semua perintah Allah, dan menjauhi segala macam larangan Nya.

B.    Definisi

a)      Secara bahasa, bidadari berasal dari kata hurun dan 'in. Hurun : putih dan 'in, maksudnya matanya besar dan berwarna kekuning-kuningan.
b)      Istilah : Mereka adalah wanita muda usia yang cantik mempesona, kulitnya mulus dan biji matanya sangat hitam. Dan mereka dijodohkan tanpa melewati proses pernikahan.[2]

C.    Bahan bakunya

  Mereka diciptakan dari Za'faran. Sebagaimana diriwayatkan dari Anas bin Malik dari nabi Muhammad n yang bersabda,
الحور العين خلقن من الز عفران
" Bidadari-bidadari bermata jelita diciptakan dari Za'faran.

D.   Ciri-ciri dan sifatnya

*    Ciri Fisik

a.   Mahkotanya

 عن أَنَسَ بْنَ مَالِكٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَرَوْحَةٌ فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَوْ غَدْوَةٌ خَيْرٌ مِنْ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا وَلَقَابُ قَوْسِ أَحَدِكُمْ مِنْ الْجَنَّةِ أَوْ مَوْضِعُ قِيدٍ يَعْنِي سَوْطَهُ خَيْرٌ مِنْ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا وَلَوْ أَنَّ امْرَأَةً مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ اطَّلَعَتْ إِلَى أَهْلِ الْأَرْضِ لَأَضَاءَتْ مَا بَيْنَهُمَا وَلَمَلَأَتْهُ رِيحًا وَلَنَصِيفُهَا عَلَى رَأْسِهَا خَيْرٌ مِنْ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا
"Berangkat pagi-pagi atau siang di jalan Allah lebih baik dari pada dunia dan isinya. Dan sungguh, satu jarak busur kalian, lebih baik dari surga atau tempat kait yaitu tengahnya lebih baik dari pada dunia dan isinya. Kalaulah seorang wanita penduduk surga menampakkan dirinya kepada penduduk  dunia, niscaya dia akan menerangi antara keduanya dan bumi akan penuh dengan wewangian. Dan sungguh, mahkotanya lebih baik dari pada dunia dan isinya"[3]

b.   Rambutnya

            Rambut bidadari itu sangat panjang dan bagus. Sebagaimana kata Abdullah bin Amru bin Al 'Ash,
لشعر المرأة من الحور العين أطول من جناح النسر
"Sungguh rambut bidadari yang bermata jelita itu lebih panjang daripada sayapnya burung garuda"[4]

c.    Matanya

Mata bidadari sangat putih dan korneanya sangat hitam, Al Hasan berkata,
الحور الشديدة البياض بياض العين والشديدة السواد سواد العين
"Al huur itu sangat putih matanya, dan sangat hitam korneanya "[5]

d.   Mukanya

Wajah bidadari begitu cerah dan bercahaya, sebaimana Ja'far bin Muhammad berkata,
لقي حكيم حكيما بالموصل فقال له : تشتاق إلى الحور العين ؟ قال : لا . قال : فاشتق إليهن فإن نور وجوههن من نور الله عز وجل فغشي عليه فحمل إلى منزله فأقمنا نعوده شهرا
"Hakim bertemu dengan Hakim dengan di Mausil, kemudian berkata padanya, "Apakah engkau rindu dengan bidadari yang bermata jelita? Dia jawab, "Tidak". Kemudian ia berkata, "Rindulah pada mereka, karena cahaya wajah mereka adalah cahaya dari Allah" Kemudian tiba-tiba ia pingsan dan dibawa ke rumahnya, kami mengembalikannya selama sebulan"[6]
قال عطاء السلمي لمالك بن دينار : يا أبا بحير شوقنا فقال له مالك : في الجنة حوراء يتباهى بها أهل الجنة من حسنها لولا أن الله عز وجل كتب على أهل الجنة أن لا يموتوا لماتوا عن آخرهم من حسنها فلم يزل عطاء يذكر قول مالك أربعين عاما
Berkata 'Atho As-Salmi kepada Malik bin Dinar, "Wahai Abu Bahir, kami sangat rindu. Kemudian Malik berkata, "Di surga ada bidadari yang bersenang-senang dengan para penghuni surga karena kecantikannya. Kalaulah Allah tidak menuliskan atas mereka untuk tidak mati, pastilah mereka mati di akhir hayat mereka dalam kecantikan. Atho selalu ingat perkataan Malik selama empat puluh tahun.[7]

e.   Mulut dan ludahnya

            Ludah bidadari bagai madu, sehingga bisa membuat lautan menjadi manis, sebagaimana yang dikatakan Ibnu Abbas,
لو أن امرأة ، من أهل الجنة بصقت في سبعة أبحر لكانت تلك الأبحر أحلى من العسل
Kalau seandainya wanita surga itu meludah di tujuh lautan, maka lautan itu akan menjadi lebih manis dari pada madu"[8]

f.    Payu daranya

Allah swt berfirman,
وَكَوَاعِبَ أَتْرَاباً
Dan gadis-gadis remaja yang sebaya,[9]
Kawa'ib jamak dari kaibun yang berari wanita yang montok payudaranya. Ibnu Abbas,  Mujahid dan lainnya berkata, "Mereka adalah wanita-wanita yang menonjol payudaranya, bulat dan tidak kendor karena mereka masih gadis." Ibnu Qoyyim berkata, "Maksudnya bahwa payudara mereka montok laksana buah delima dan tidak menjulur ke bawah. Mereka digelari nawahid dan kawa'ib ( wanita-wanita yang montok payudaranya).[10]

g.    Tangannya

            Tangan bidadari itu sangat indah dan bercahaya. Abu Ghiyats berkata,
كنا مع كعب يوما فقال : لو أن يدا من الحور دليت من السماء ببياضها وخواتيمها لأضاءت لها الأرض كما تضيء الشمس لأهل الدنيا . قال : قلت : يدها فكيف بالوجه بياضه وحسنه وجماله وتاجه بياقوته ولؤلؤه وزبرجده
'Suatu hari kami bersama Ka'ab, kemudian dia berkata, " Kalau seandainya tangan bidadari itu diulurkan dari langit, dengan keputihan dan … niscaya akan menerangi bumi, sebagaimana matahari menerangi penduduk dunia". Aku berkata, itu baru tangannya, lalu bagaimana dengan putih dan cantik wajahnya, tutup kepalanya yang terbuat dari yaqut dan mutiara serta perhiasannya"[11]
            Ka'ab juga kerkata,
عن يزيد الرقاشي ، قال : حدثني من ، سمع كعبا ، قال : لو أن امرأة ، من الحور بدا معصمها لذهب ضوء الشمس
"Kalau seandainya wanita yang bermata jelita itu menampakkan pergelangan tangannya, maka hilanglah cahaya matahari itu". [12]

h.   Kukunya

Dari Dawud bin Amir bin As'id, dari bapaknya, dari kakeknya, dari Nabi saw,
لَوْ أَنَّ مَا يُقِلُّ ظُفْرٌ مِمَّا فِي الجَنَّةِ بَدَا لتَزَخْرَفَتْ لَهُ مَا بَينَ خوَاِفقِ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ
"Kalau seandainya sedikit saja kuku dari penduduk surga itu tampak, maka akan menghiasi antara penjuru langit dan bumi"[13]

i.     Kulitnya

            Kulit bidadari sangatlah halus dan lembut, bagaikan putih telur yang sangat lembut. Abdullah berkata,
لكل مسلم خيرة ، ولكل خيرة خيمة، ولكل خيمة أربعة أبواب، تدخل عليها كل يوم من كل باب تحفة وهدية وكرامة لم تكن قبل ذلك ، لا مراحات ، ولا ذفرات، ولا سخرات، ولا طماحات حور عين كأنهن بيض مكنون
"Setiap muslim mempunyai istri pilihan. Setiap istri pilihan mempunyai kemah. Setiap kemah mempunyai empat pintu. Dalam setiap hari, hidangan, hadiah dan kemuliaan yang tidak pernah diberikan sebelumnya dimasukkan kepada mereka melalui setiap pintu tersebut. Ketiga-tiganya tidak ada campurannya, tidak busuk, tidak basi dan tidak menjijikan. Dan dibabari yang tidak rakus, mereka seperti putih telur yang tertutup.[14]

j.    Ukuran Tubuhnya

Tubuh wanita surga adalah tiga puluh mil, sebagaimana yang dikatakan Sa'id bin Jubair,
طول الرجل من أهل الجنة سبعون ميلا ، وطول المرأة ثلاثون ميلا ، ومقعدها مبذر جريب أرض ، وإن شهوته تجري في جسدها سبعون عاما تجد اللذة
"Tinggi laki-laki penduduk surga adalah tujuh puluh mil, sedang wanitanya tiga puluh mil. Bangkunya tersebar di bumi. Dan syahwatnya penduduk surga mengalir di tubuhnya selama 70 tahun, selama itu akan didapatinya sebuah kelezatan.[15]

k.   Suci dari seluruh kotoran wanita dunia

            Para bidadari surga adalah suci dari segala kotoran wanita dunia, seperti menstruasi, urine, nifas, tinja, ingus, ludah dan yang lainnya. Sebagaimana yang ditafsiri banyak ulama dalam pada ayat :
 وَلَهُمْ فِيهَا أَزْوَاجٌ مُطَهَّرَةٌ
"Dan mereka di surga mendapatkan istri yang muthhharoh (suci) [16]
Ibnu Abbas berkata, "Mereka suci dari kotoran dan penyakit". Mujahid berkata, "Mereka suci dari haid, buang air besar dan kecil, dahak, meludah, keluar air mani dan beranak". Qotadah berkata, "Mereka suci dari kotoran dan dosa, dalam riwayat lain, ia berkata, tidak haid dan tidak pula susah. Juga menurut Atho, Hasan, Dhohak, Abi Sholih, Ithiyah, Suda dan lainnya.
            Abdurrahman bin Zaid berkata, Wanita yang suci adalah wanita yang tidak haid. Wanita-wanita dunia tidak bisa dikatakan wanita-wanita yang suci. Tidakkah anda melihat mereka jika datang bulan, mereka tidak sholat dan tidak puasa? Hawwa juga begitu ketika ia melanggar larangan Allah. Ketika ia melanggar ketentuan Allah, Maka Allah berfirman,
"Sesungguhnya pada awalnya aku ciptakan engkau dalam keadaan suci, namun sekarang engkau Aku buat mengeluarkan darah sebagaimana engkau mengeluarkan getah pohon ini" [17]

*    Ciri Akhlak dan Sifatnya

a.   Tundukan pandangan dan dipinggit di kemah-kemah

Allah swt berfirman : " Di dalam surga itu ada bidadari yang menundukkan pandanganya." [18]
Allah mensifati mereka dengan wanita-wanita yang dipingit. Ini adalah penyifatan proposional. Ini bukan berarti bahwa mereka selalu berada di dalam kemahnya masing-masing dan tidak keluar menuju ghuraf dan taman-taman surga. Sebagaimana halnya permaisuri-permaisuri para raja dunia dan wanita-wanita yang dipingit di rumahnya. Dalam keadaan terpingit, mereka tidak ada salahnya keluar untuk bepergian atau menuju termpat-empat wisata, taman-taman dan tempat-tempat lainnya.[19]

b.   Tidak berkata kotor

            Selain terhindar dari kotoran badaniyah sebagaimana telah dijelaskan, bidadari juga disucikan hatinya dari akhlak-akhlak wanita dunia, seperti perkatan yang kotor, keji dan jorok. Disucikan cintanya, sehingga ia tidak tertarik kepada laki-laki selain suaminya.

c.    Selalu mendoakan suaminya

            Para bidadari surga selalu mendoakan calon suaminya nanti dan mencela istri dunia yang menyakitinya. Dari Ikrimah, bahwasanya nabi saw bersabda,
« إن الحور العين أكثر عددا منكن يدعون لأزواجهن يقلن : اللهم أعنه على دينك وأقبل بقلبه على طاعتك ، وبلغه إلينا بقوتك يا أرحم الراحمين »
Dari Ikrimah, Rasulullah n bersabda, "Sesungguhnya para bidadari itu jumlahnya lebih banyak dari kalian (kaum wanita), mereka berdo'a untuk suami mereka, " Ya Allah bantulah dia dalam menegakkan agamaMu, dan terimalah ia untuk selalu taat padaMu, dan sampaikanlah ia pada kami dengan kekuatanMu, wahai zat yang menyayangi orang yang berkasih sayang.[20]
            Juga diriwayatkan oleh Mu'ad bin JAbal, bahwasanya Rasulullah n bersabda,

لَا تُؤْذِي امْرَأَةٌ زَوْجَهَا فِي الدُّنْيَا إِلَّا قَالَتْ زَوْجَتُهُ مِنْ الْحُورِ الْعِينِ لَا تُؤْذِيهِ قَاتَلَكِ اللَّهُ فَإِنَّمَا هُوَ عِنْدَكِ دَخِيلٌ يُوشِكُ أَنْ يُفَارِقَكِ إِلَيْنَا
Tidaklah seorang istri menyakiti suaminya (yang sholih) di dunia, kecuali istrinya dari bidadari yang bermata jelita berkata, "Janganlah kau sakiti! Semoga Allah membinasakanmu, sesungguhnya dia adalah orang asing bagimu yang akan segera berpisah denganmu dan menjadi milik kami"  [21]

d.   Belum Pernah Disentuh Siapapun

Allah swt berfirman,
فِيهِنَّ قَاصِرَاتُ الطَّرْفِ لَمْ يَطْمِثْهُنَّ إِنسٌ قَبْلَهُمْ وَلَا جَانٌّ
"Tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum mereka (penghuni-penghuni surga yang menjadi suami mereka) dan tidak pula jin" [22]
Para pakar tafsir berkata, "Mereka tidak pernah digauli siapa pun". Mereka juga berbeda pendapat mengenai siapa bidadari-bidadari yang dimaksud. Sebagian berpendapat, "Mereka adalah wanita-wanita yang diciptakan Allah di surga." Sebagian pakar lainnya menyebutkan. "Mereka adalah wanita-wanita dunia yang diciptakan kembali dalam bentuk perawan-perawan sebagaimana yang disebutkan Allah swt".
Ibnu Qoyyim menyebutkan bahwa secara lahiriyah Al Qur'an menandaskan bahwa mereka bukan wanita dunia. Mereka berasal dari kalangan wanita-wanita yang bermata jelita. Wanita dunia sudah pasti pernah disentuh oleh manusia. Begitu juga wanita dari kalangan jin, ia pasti pernah bersentuhan dengan jin laki-laki. Ayat di atas menunjukkan dengan jelas hal ini.[23]

E.    Nama Bidadari

Ibnu Mas'ud ra berkata,
إن في الجنة حوراء يقال لها : اللعبة ، كل حور الجنان يعجبن بها يضربن بأيديهن على كتفها ويقلن طوبى لك يا لعبة لو يعلم الطالبون لك لجدوا ، بين عينيها مكتوب : من كان يبتغي أن يكون له مثلي فليعمل برضاء ربي عز وجل
"Sesungguhnya di surga ada bidadari yang bernama 'Al La'bah'. Setiap bidadari surga ta'ajub padanya, mereka menepukan tangan mereka di atas bahunya, dan berkata, "Beruntunglah kamu wahai La'bah, kalau seandainya para tholib (pencari bidadari) itu tahu engkau, maka mereka akan bersungguh-sungguh (untuk mendapatkanmu). Diantara kedua matanya tertulis, 'Barang siapa yang ingin mendapatkan seperti diriku, maka hendaknya beramal dengan mencari ridho Robbku Azza wajalla'.[24]

F.    Jumlah Istri di Surga

Di surga nanti, para penduduk surga akan mendapatkan dua istri dari bidadari yang bermata jelita.
Sebagaimana disebutkan dari Abu Hurairah ra, dari nabi saw bersabda, :
أَوَّلُ زُمْرَةٍ تَدْخُلُ الْجَنَّةَ عَلَى صُورَةِ الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ وَالَّذِينَ عَلَى آثَارِهِمْ كَأَحْسَنِ كَوْكَبٍ دُرِّيٍّ فِي السَّمَاءِ إِضَاءَةً قُلُوبُهُمْ عَلَى قَلْبِ رَجُلٍ وَاحِدٍ لَا تَبَاغُضَ بَيْنَهُمْ وَلَا تَحَاسُدَ لِكُلِّ امْرِئٍ زَوْجَتَانِ مِنْ الْحُورِ الْعِينِ يُرَى مُخُّ سُوقِهِنَّ مِنْ وَرَاءِ الْعَظْمِ وَاللَّحْمِ
Rasulullah n bersabda " Kelompok yang pertama kali masuk surga bagaikan bulan pada malam purnama, kemudian kelompok selanjutnya mereka seperti bintang-bintang di langit, hati mereka menjadi satu, tidak saling benci dan hasad. Setiap orang mendapat dua istri dari bidadari yang bermata jelita, yang sumsumnya terlihat dari balik tulang dan daging.[25]
Juga disebutkan dalam riwayat Muslim, dari Abu Sa'id Al Khudri ra. bahwa Rasulullah n bersabda, " …… kemudian penduduk surga masuk ke rumahnya, maka setelah itu masuklah dua istrinya dari bidadari yang bermata jelita dan berkata, "Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkanmu buat kami, dan yang telah menghidupkan kami untukmu" Kemudian dia berkata, "Tidak ada seorangpun yang diberi seperti apa yang telah diberikan padaku"[26]
Dalam riwayat Ahmad juga disebutkan bahwa penduduk surga akan mendapatkan dua bidadari yang bermata jelita, setiap mereka memakai tujuh puluh pakaian yang dari balik pakaian itu terlihat sumsumnya[27]

G.  Hubungan Seksual Penghuni Surga

Allah swt adalah maha tahu apa yang menjadi keinginan hambaNya. Dia menyediakan para bidadari tersebut untuk mereka nikmati dan bersuka ria, Allah memberikan kekuatan yang luar biasa kepada mereka untuk dapat menggauli para bidadari tersebut. Terdapat dalam ayat dan beberapa hadits, yang menjelaskan hal tersebut, diantranya :
عن أبي هريرة ، قال : سئل رسول الله صلى الله عليه وسلم أيمس أهل الجنة نساءهم ؟ قال : « نعم ، بذكر لا يمل وفرج لا يحفى ، وشهوة لا تنقطع
Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah n ditanya, "Apakah penduduk surga bisa menggauli istrinya? Beliau menjawab, Ya, penis yang tidak loyo dan vagina tidak tertutup, yang ada hanyalah syahwat yang takkan putus"
Dari Anas ra, Rasulullah n bersabda,
يعطى المؤمن في الجنة قوة كذاوكذا من الجماع » قيل يا رسول الله أويطيق ذلك؟ قال : « يعطى قوة مائة »
Seorang mukmin di surga akan diberi kekuatan seperti ini dalam jima'" beliau ditanya, ya Rasulullah n apakah ia mampu melakukannya ?  beliau menjawab, "ia diberi kekuatan untuk menggauli istrinya sebanyak seratus kali"[28]
عن ابن عباس ، قال : قيل : يا رسول الله أنفضي إلى نسائنا في الجنة ؟ قال : « والذي نفسي بيده إن الرجل منهم ليفضي في الغداة الواحدة إلى مائة عذراء »
Dari ibnu Abas, Rasulullah n bersabda, "Demi yang jiwaku ada di tanganNya, sesungguhnya seorang dari penduduk surga sanggup menggauli dalam sehari seratus perawan muda"[29]
حدثنا سويد بن سعيد ، قال : حدثني خالد بن يزيد بن أبي مالك ، عن أبيه ، عن خالد بن معدان ، عن أبي أمامة ، أن النبي صلى الله عليه وسلم سئل : هل يجامع أهل الجنة ؟ قال : « نعم ، دحاما دحاما ولكن لا مني ولا منية
Rasulullah n ditanya, "apakah penduduk surga bisa berhubungan badan? Beliau menjawab, " Ya, berhubungan terus menerus, tapi suami istri tidak keluar air mani"[30]
Jika penghuni surga usai menggauli istri-istrinya, maka mereka langsung kembali perawan lagi."[31]
Allah swt berfirman :
إِنَّ أَصْحَابَ الْجَنَّةِ الْيَوْمَ فِي شُغُلٍ فَاكِهُونَ
"Sesungguhnya para penduduk surga pada hari itu bersenag-senang dalam kesibukan (mereka)" [32]
Ibnu Mas'ud berkata, "Mereka sibuk dalam mecahkan keprawanan istri-istri mereka" Sedang menurut ibnu Abbas, ketika ditanya kesibukan mereka, ia menjawab, "Memecahkan keprawanan gadis-gadis muda"  Juga menurut Ikrimah,  Sa'id bin Musayyib, Ikrimah, Al Hasan, Qotadah dan Al Auza'i. sedang menurut Mujahid mereka sibuk dalam kenikmatan.[33]
Menurut Imam Athobari, pendapat yang paling benar adalah mereka sibuk dengan berbagai macam kenikmatan yang diberikan kepada mereka, sibuk memecahkan keprawanan para gadis muda, senda gurau dan kelezatan lainnya" [34]
Ibnu Qoyyim menyebutkan riwayat dari Ibnu Abi dunya, "sesungguhnya nafsu syahwat mengalir dalam tubuhnya selama tujuh puluh tahun. Selama jangka waktu tersebut ia mereasakan kenikmatan yang tiada taranya dan tidak terkena kewajiban mandi jenabat. Mereka tidak merasakan loyo atau kekuatannya menurun. Justru hubungan seksual mereka mencapai puncak kenikmatan dan kepuasan. Tidak ada sesuatupun yang mengurangi kenikmatan hubungan seksual mereka" Manusia yang paling sempurna di surga adalah mereka yang paling bias menjaga dirinya dari yang diharamkan di dunia ini.[35]

H.  Nyanyian Mereka

          Para bidadari surga melantunkan nyanyian-nyanyian yang belum pernah di dengar siapapun. Mereka mendenangkannya buat suami tercinta. 
            Dari Ibnu Ibnu Umar, Rasulullah n bersabda,
إن أزواج أهل الجنة ليغنين أزواجهن بأحسن أصوات سمعها أحد قط . إن مما يغنين به : نحن الخيرات الحسان أزواج قوم كرام ينظرن بقرة أعيان وإن مما يغنين به : نحن الخالدات فلا يمتنه نحن الآمنات فلا يخفنه نحن المقيمات فلا يظعنه
"Sesungguhnya istri-istri penduduk surga bernyanyi untuk suami mereka dengan suara yang sangat merdu yang belum pernah didengar seseorangpun. Diantara yang mereka nyanyikan adalah : Kami adalah wanita-wanita yang baik akhlak dan cantik rupanya. Kami istri-istri dari suami-siami yang mulia yang memandang dengan pandangan yang menyejukkan hati. Kami adalah wanita-wanita abadi dan kami tidak membuatnya mati. Kami wanita-wanita yang memberikan keamanan dan tidak membuat takut. Kami wanita-wanita yang tetap tinggal di sini dan tidak meninggalkannya"[36]

Juga hadits dari Ali ra, Rasulullah n bersabda :
 إِنَّ فِي الْجَنَّةِ سُوقًا مَا فِيهَا بَيْعٌ وَلَا شِرَاءٌ إِلَّا الصُّوَرُ مِنْ النِّسَاءِ وَالرِّجَالِ فَإِذَا اشْتَهَى الرَّجُلُ صُورَةً دَخَلَ فِيهَا وَإِنَّ فِيهَا لَمَجْمَعًا لِلْحُورِ الْعِينِ يَرْفَعْنَ أَصْوَاتًا لَمْ يَرَ الْخَلَائِقُ مِثْلَهَا يَقُلْنَ نَحْنُ الْخَالِدَاتُ فَلَا نَبِيدُ وَنَحْنُ الرَّاضِيَاتُ فَلَا نَسْخَطُ وَنَحْنُ النَّاعِمَاتُ فَلَا نَبْؤُسُ فَطُوبَى لِمَنْ كَانَ لَنَا وَكُنَّا لَهُ
Sesunguhnya di surga ada pasar, di dalamnya tidak ada jual beli kecuali ada gambar wanita dan laki-laki. Jika laki-laki telah menginginkan gambar wanita, ia masuk ke dalam. Dan di dalamnya tedapat sekumpulan bidadari bermata jelita yang sedang melantunkan suaranya. Tidak pernah terlihat makhluk sepertinya. Mereka berkata, 'kami adalah kekal dan tidak mati,  kami ridho dan tidak peeernah cemberut, kami dalam kenikmatan dan tidak sengsara, maka beruntunglah bagi siapa yang memiliki  kami dan kami miliknya." [37]
  Para bidadari bernyanyi untuk suaminya masing-masing yang dalam dada mereka tertulis,' Engkau adalah kekasihku dan aku adalah kekasihmu. Engkau adalah tambatan hatiku dan kedua mataku belum pernah melihat pria setampan engkau.[38]
Ibnu Mubarok berkata, dari ibnu Abi Katsir, "sesungguhnya bidadari-bidadari yang bermata jelita menanti suaminya masing-masing di pintu-pintu surga. Kata mereka, 'Kian lama kami menunggu kedatanganmu. Kami wanita-wanita yang ridho dan tidak cemberut. Kami tetap tinggal di sini dan tidak pindah ke tempat lain. Kami wanita yang abadi dan tidak mati.' Mereka mengatakannya dengan suara yang merdu. Mereka berkata lagi, 'Engkau cintaku dan aku cintamu'.[39]

I.       Adakah kelahiran di surga?

Ibnu Qoyyim bertanya kepada syaikhnya Abu Hajjaj Al Mazi tentang kelahiran di surga, maka dengan tegas mengatakan, "Tidak ada kelahiran di surga". Hujjah orang yang berpendapat bahwa tidak ada kelahiran di surga anrara lain :
Pertama : Hadits riwayat Abu Razin.
Kedua : Firman Allah "Dan untuk mereka di surga ada istri-istri yang suci" [2 : 25]
Ketiga : Sabda Rasulullah saw bahwa di surga tidak ada air sperma dan tidak ada kematian.
Keempat : Allah menjadikan proses kelahiran melalui proses haidh dan air sperma. Maka jika di surga wanita juga hamil, maka haid mereka berhenti dengan sendirinya dan air mani ada.
Kelima : Sesungguhnya di surga manusia tidak bisa berkembang seperti di dunia.
Keenam : Allah menciptakan penduduk surga seperti penciptaan Malaikat atau bisa jadi lebih sempurna dari Malaikat. Karena penghuni surga tidak buang air besar, kecil, tidak tidur, tidak tua seiring dengan bertambahnya usia dan badan mereka tidak berkembang. Wallahu a'lam.[40]

J.     Keutamaan Wanita Dunia Daripada Bidadari

            Para wanita dunia nanti lebih mulia, terhormat dan cantik daripada bidadari surga, karena amalan - amalan yang telah mereka kerjakan selama hidup di dunia ini. Hiban bin Abi Jabalah berkata,
إن نساء أهل الدنيا من دخل منهن الجنة فضلن على الحور العين بما عملن في الدنيا
"Sesunguhnya wanita penduduk dunia yang masuk surga, lebih utama dari bidadari yang bermata jeli, dikarenakan amalan mereka di dunia" [41]


Refrensi :
1.      Al Qur'an Al Karim
2.      Hadil Arwah Ila biladil Afrah, Ibnu Qoyyim Al Jauziyah (terj, Tamasya ke surga), Darul Falah, cet VIII, 1425 H
3.      Jami' At Tirmidzi, Abu Isa bin Saurah At Tirmidzi, Baitul Afkar Ad Dauliyah
4.      Musnad Imam Ahmad, Baitul Afkar Ad Dauliyah
5.      Tafsir Al Qur'an Al 'Adzim, Ibnu Katsir, Darussalam, cet. II, 1418 H – 1998 M.
6.      Tafsir Ath Thobari
7.      Shohih Muslim Syarh Imam Nawawi, Darul Ma'rifah, cet, VI,  1420 H – 1999 M.
8.      Wasful Jannah min shohissunnah, Abdussalam Bali.
9.      Shifatul Jannah, Ibnu Abi Dunya





[1] Shihih Muslim syarh Imam Nawawi, 17/165, kitab Al Jannah wasfatu na'imiha wa ahlaha
[2] Tamasya ke surga, hal : 314
[3] HR. Bukhari, Muslim,Ahmad, Ibnu Hibban
[4] Sifat Jannah, Ibnu Abi Dunya 1/315
[5] Ibid,1/314

[6] Sifat Jannah, Ibnu Abi Dunya 1/322
[7] Ibid, 1/321
[8] Ibid, 1/307

[9] QS. An Naba : 33
[10]Tamasya ke surga, 328, Tafsir Ibn Katsir, 4 / 598
[11] Sifat Jannah, Ibnu Abi Dunya 1/316
[12] Ibid,  1/302

[13] HR. Tirmidzi, bab sifat ahli jannah 2538, shohih.
[14] Sifat Jannah, Ibnu Abi Dunya , 1/328, Tamasya ke Surga, 323
[15] Sifat jannah, ibn Abi Dunya,1/285

[16]  Al Baqoroh : 25
[17]  Tafsir Ibnu Katsir, 1/97, Tamasya ke surga : 313
[18] QS. Ar Rahman : 72
[19]  Tamasya ke surga, hal : 322
[20]  Shifat Jannah, 1/319
[21] HR.  Ahmad
[22]  QS. Ar Rahman : 56
[23]  Tamasya ke surga, hal : 319-320
[24]  Shifat Jannah, 1/320

[25] HR. Bukhari, Shohih Muslim, 7076, 17/169
[26] HR. Ahmad, Muslim
[27] HR. Ahmad : 8186, 10188, Tirmidzi, 2535, kitab sifat jannah
[28] HR. Tirmidzi, 2536 hadits hasan shohih
[29]  Al Mu'jam kabir, Thobrani 19/132
[30] Shifat Jannah, 1/280, al Mu'jam kabir, Thobrani 7/101
[31]  HR. Thabrani
[32]  QS. Yaasiin : 55
[33] Tafsir Ath Thobari, Tafsir Ibnu Katsir, 3 / 759

[34] Tafsir Ath Thobari
[35] Tamasya ke surga, 350
[36]  HR. Thorani dalam Ash shogir, yang dishohihkan oleh Al Bani dalam Jami' Ash shohih, 2/48 no. 1557

[37]  HR Ahmad : 1343, 1/156, Musnad Ali bin Abi Tholib
[38] Tamasya ke surga, 366
[39]  Ibid : 366-3367
[40]  Tamasya ke surga, hal : 358-360
[41]  Sifat Jannah, Ibnu Abi Dunya 1/293